Jumat, 27 Maret 2015

Jurnal Penelitian

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN DEPOSITO BERDASARKAN BAGI HASIL PADA BANK BRI SYARIAH DAN BUNGA PADA BANK BRI KOVENSIONAL
Rahmat Danil Febrian
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
daniel.brian42@gmail.com

ABSTRAK
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk usaha lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sistem Lembaga keuangan bank di indonesia terbagi menjadi dua yaitu Bank yang melakukan usaha dengan sitem Konvensional dan Bank yang melakukan usaha dengan Sistem Syariah. Salah satu karakteristik yang yang membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah pembagian keuntungan. Salah satu jenis produk yang ditawarkan baik pada bank konvensional maupun syariah adalah Deposito. Bank konvensional sepenuhnya menerapkan sistem bunga atau riba. Hal yang sama tak berlaku di bank syariah, Bank syariah menerapkan prinsip bagi hasil yakni dana masyarakat yang disimpan di bank disalurkan kepada para peminjam untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis perhitungan bunga deposito Bank BRI dengan bagi hasil deposito Bank BRI Syariah.
PENDAHULUAN
Sistem perekonomian di Indonesia yang sesuai syariah sebenarnya telah dipraktikkan  dan melembaga sejak lama. Bila kita melihat kembali ke belakang, sesungguhnya masyarakat Indonesia telah mengenal ekonomi syariah bahkan jauh sebelum sistem kapitalis dikenal bangsa ini melalui para pedagang Eropa pada abad ke-17. Jejaknya masih bisa kita lihat di pedesaan, di mana praktik bagi hasil dalam pertanian antara pemilik lahan dan petani penggarap masih tetap berlangsung. Dalam perkembangannnya, bahkan sempat memilki peran secara nasional , terbukti dengan terbentuknya Serikat Dagang Islam pada tahun 1909 (Hamidi, 2003).
Mengoperasikan prinsip syariah juga menangguk untung pada kondisi-kondisi yang tidak normal. Kala itu, di saat perbankan nasional tengah dijangkiti ‘virus’ negative spread yaitu kerugian akibat bunga simpanan lebih tinggi dari bunga kredit, bank-bank yang menerapkan prinsip bagi hasil melenggang tanpa beban. Ini bukan suatu kebetulan melainkan bukti. Di awal krisis pertengahan tahun 1997, bank-bank konvensional bertumbangan. Bank Muamalat Indonesia, satu-satunya bank syariah yang ada di Tanah Air saat itu, tetap tegar. Waktu itu, Bank Indonesia menerapkan tight money policy (kebijakan uang ketat) dengan menetapkan bunga simpanan mencapai 70 persen, berharap masyarakat tidak membeli dolar AS yang tengah menekan rupiah (Hamidi, 2003). Namun kebijakan ini menjadi beban berat yang harus dipikul dunia perbankan (konvensional). Mereka harus membayar bunga simpanan masyarakat dengan bunga yang selangit. Tumbangnya satu per satu bank konvensional tidak terelakkan dan kolaps dengan sendirinya.
Terkait dengan perkembangan perbankan syariah di Indonesia, bank BUMN yakni PT. Bank BRI Syariah akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan di sisi kualitas maupun kuantitas. Banyak penghargaan yang telah dibukukan BRI syariah semenjak pemisahan (spin off) dari PT. Bank Rakyat Indonesia pada enam tahun silam. Dalam publikasi laporan keuangan Bank BRI Syariah pada tahun 2013, komisaris utama BRI Syariah, Bambang Soepono menyatakan; ”saat ini BRI Syariah mencatatkan pencapaiannya sebagai bank syariah terbesar ketiga di Indonesia dengan total asset mencapai 17,4 triliun rupiah.”

LANDASAN TEORI
A.     Pengertian Bank
Menurut (Hartanto dan Sawitri, 2007) bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional  dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang). Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, pengertian bank telah mengalamai evolusi, sesuai dengan perkembangan bank itu sendiri. Kedua, fungsi bank pada umumnya adalah (1) menerima berbagai bentuk simpanan dari masyarakat; (2) memberikan kredit, baik bersumber dari dana yang diterima dari masyarakat maupun berdasarkan atas kemampuannya untuk menciptakan tenaga beli baru; (3) memberikan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
1.      Bank Konvensional
Menurut (Triandaru dan Budisantoso, 2006), bank konvensional yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu.
2.      Bank Syariah
Menurut (Martono, 2002) bank syariah merupakan bank yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Di dalam operasinya bank syariah mengikuti aturan Al-Qur’an-Hadits dan regulasi dari pemerintah. Sesuai dengan perintah dan larangan syariah, maka praktik-praktik yang mengandung unsur riba dihindari,  sedangkan yang diikuti adalah praktik-praktik bisnis yang dilakukan di zaman Rasulullah.
Perbedaan pokok antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional  adalah adanya larangan riba (bunga) bagi Bank Syariah. Riba dilarang sedangkan jual beli (al abai) dihalalkan. Ini berarti membayar dan menerima bunga atas uang yang dipinjamkan/yang meminjam adalah dilarang. Dalam operasionalnya, baik dalam kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat maupun dalam penyaluran dana kepada masyarakat, bank syariah (bank bagi hasil) tidak memperhitungkan bunga tapi berdasarkan prinsip jual beli dan bagi hasil.
B.     Deposito
1.      Deposito Umum (Konvensional)
Menurut (Ikatan Bankir Indonesia, 2013) Deposito adalah simpanan dari pihak ketiga  kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara deposan dan bank (syarat-syarat tertentu). Dengan demikian, deposito dapat dicairkan setelah jangka waktu berakhir dan deposito yang akan jatuh tempo tersebut dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over). Pada dasarnya, nasabah dapat membuka deposito di bank, baik dalam mata uang rupiah maupun mata uang asing.
Perhitungan bunga deposito berjangka dapat dilakukan menggunakan metode simple interest dengan menggunakan rumus :
Berbeda dengan Deposito Berjangka biasa, bunga Sertifikat Deposito dibayar di muka dengan cara diskonto. Rumus perhitungan nilai uang yang harus dibayar atas Sertifikat Deposito dapat dilakukan dengan menggunakan rumus true discount sebagai berikut :
P          : nilai yang harus dibayar
pokok : nilai nominal Sertifikat Deposito
rate      : suku bunga Sertifikat Deposito dalam persen per tahun
hari      : jumlah hari sebelumnya dari jangka waktu sertifikat

2.      Deposito Syariah
Menurut (Wiroso, 2005), deposito mudharabah merupakan simpanan dana dengan akad mudharabah dimana pemilik dana (shahibul maal) mempercayakan dananya untuk dikelola bank (mudharib) dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati sejak awal. Perhitungan bagi hasil individu rekening dilakukan dengan rumus berikut :
Mempergunakan rumus biasa dan mempergunakan return Hasil Usaha (Pendapatan) Pemilik dana (shahibul maal) dari kelompok dana.
dimana :
SRIR        :      Saldo Rata-rata harian Individu mudharabah
         HBH   :      adalah jumlah Hari Bagi Hasil (jumlah hari yang dipergunakan dalam perhitungan saldo rata-rata atau perhitungan distribusi hasil usaha)
RHPD     :       adalah Return (indikasi rate) Hasil Usaha Pemilik Dana                                            (Shahibul Maal) Kelompok Dana Tabungan Mudharabah yang dihasilkan dari perhitungan distribusi hasil usaha yang bersangkutan

METODE PENELITIAN
Penulis menggunakan data/variabel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan perhitungan bunga PT. Bank BRI dan bagi hasil PT. Bank BRI Syariah. Dari data suku bunga dan distribusi bagi hasil yang diperoleh dari masing-masing bank diambil dari periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.
Sumber data termasuk data kuantitatif yaitu sumber data yang disuguhkan dalam bentuk angka-angka. Dengan data tersebut, akan sangat membantu penulis dalam mengkaji dan menyelesaikan analisis secara efisien.
Menentukan apakah ada perbedaan antara perhitungan bunga deposito bank konvensional dengan bagi hasil deposito bank syariah. Secara prinsip deposito bank syariah jelas berbeda dengan deposito bank konvensional karena bank syariah menerapkan bagi hasil dalam mendistribusikan pendapatannya.
Besarnya imbalan dan pencatatan transaksi hampir sama karena besarnya imbalan deposito yang diterima oleh nasabah bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank konvensional, tetapi bagi hasil yang diberikan bank syariah bersifat halal sedangkan bank konvensional masih mengandung riba. Dari deposito berbasis bunga atau pun bagi hasil, terdapat perbedaan perhitungan dalam menentukan pendapatan yang akan diterima nasabah.
1.                  Analisis Deskriptif, yaitu penulis menganalisis dengan menggunakan tabel distribusi pendapatan Bank BRI Syariah dan tabel suku bunga Bank BRI Konvensional. Data ini berguna untuk melakukan perhitungan deposito yang diterapkan oleh masing-masing bank.
2.                  Analisis Kuantitaif, untuk menganalisis perhitungan deposito dari Bank BRI Syariah dan Bank BRI Konvensional dengan rumus yang telah ditetapkan dan diterapkan oleh bank tersebut.
a.                   Perhitungan bunga deposito konvensional
Dalam perhitungan deposito bank konvensional ditentukan berdasarkan jangka waktu yang ditetapkan. Diantaranya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Biasanya tingkat suku bunga yang diberikan berbeda dari masing-masing jangka waktu deposito yang akan dipilih oleh deposan.

Rumus bunga deposito Bank BRI :

b.                  Perhitungan bagi hasil deposito syariah
Dalam bagi hasil deposito syariah ini ditentukan berdasarkan jangka waktu yang ditetapkan. Umumnya sama dengan bank konvensional yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 bulan. Didalam perhitungan ini terdapat nisbah yang menetapkan rasio atau porsi bagi hasil yang akan diterima oleh tiap-tiap bank yang melakukan akad kerja sama usaha.

Rumus bagi hasil deposito Bank BRI Syariah :

Kamis, 19 Maret 2015

1.      Identitas Jurnal
Judul             : Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecerdasan Emosional pad Remaja
Penulis           : Ika Fauziah Nur dan Agustina Ekasari
Jurnal             : Vol. 1 , No. 2, September 2008

2.      Ringkasan Jurnal
2.1. Pendahuluan
Remaja merupakan periode transisi atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang  ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan biologis dan psikologis. Biologis ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya seks primer dan seks sekunder, sedangkan psikologis di-tandai dengan sikap perasaan, keinginan, dan emosi yang labil atau tidak menentu. Di  masa peralihan ini, banyak kendala yang akan dihadapi remaja akibat berbagai perubahan seperti perubahan fisik, sosial, emosi-onal, dan lain-lain, yang semua itu dapat menimbulkan rasa cemas dan ketidaknyamanan. Akibatnya, masa ini disebut juga sebagai masa yang penuh dengan badai dan tekanan, karena remaja harus belajar ber-adaptasi dan menerima semua perubahan yang seringkali me-nyebabkan pergolakan emosi dalam dirinya. Kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, serta mengatur keadaan jiwa.

2.2. Permasalahan
Apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan kecerdasan emosional pada remaja?

2.3. Tinjauan Pustaka
a.       Konsep Diri
Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya, yang merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang tentang diri mereka sendiri, seperti karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi (Hurlock, 1990:58). Konsep diri menurut Agustiani (2006:138) merupakan gambaran yang dimiliki sese-orang tentang dirinya yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dalam teorinya, Carl Rogers juga menyebutkan bahwa konsep diri dengan kata lain disebut diri(self).
b.      Komponen Diri
1.      Diri Ideal (Self Ideal)
Diri ideal merupakan gambaran dari sosok seseorang yang sangat dikagumi.
2.      Citra Diri (Self Image)
Adalah cara individu melihat  diri sendiri dan berpikir mengenai diri individu sekarang/saat ini.
3.      Harga Diri (Self Esteem)
Adalah komponen yang bersifat emosional dan merupakan komponen yang paling penting dalam menentukan sikap dan kepribadian seseorang.

c.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
1.      Pola Asuh Orangtua
2.  Kegagalan
3.  Depresi
4.  Kritik Internal

2.      Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.  Emosi adalah bahan bakar yang tidak tergantikan bagi otak agar mampu melakukan penalaran yang tinggi. Emosi menyulut  kreativitas, kola-borasi, inisiatif, dan transformasi, sedangkan penalaran logis berfungsi untuk mengantisipasi dorongan-dorongan keliru, untuk kemudian menyelaraskannya dengan proses ke-hidupan dengan sentuhan manusiawi (Cooper dan Sawaf, dalam Ginanjar, 2005:280).

3.      Komponen Kecerdasan Emosional
1.  Mengenali emosi diri. 
2.  Mengelola Emosi.
3.  Memotivasi Diri.
4.  Mengenali Emosi Orang Lain.
5.  Membina Hubungan dengan Orang Lain.

4.      Remaja
Remaja adalah masa penghubung atau masa peralihan antara masa  kanak-kanak dengan masa dewasa, dimana pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rokhaniah dan jasmani-ah, terutama fungsi seksual (Kartono, 1995:148).

5.      Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Havighurst (dalam Mini, 2006:12-14) tugas-tugas per-kembangan remaja secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mampu membina hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin.
2.  Mencapai peran maskulin dan feminin.
3.  Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakan tubuh secara efektif.
4. Mencapai  ketidaktergantungan emosi dengan orangtua dan orang dewasa lainnya.
5.  Persiapan menikah dan kehidupan berkeluarga.
6.  Persiapan karir ekonomi.
7. Mempunyai satu set nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah  laku serta mengembang-kan ideologi.
8.  Mencapai tingkah  laku sosial yang bertanggung jawab.

2.4. Hubungan antara Konsep  Diri dengan Kecerdasan Emosional pada Remaja
Masa remaja adalah masa dimana seseorang mencoba menyusun puzzle  diri sendiri. Kepingan-kepingan  puzzle  itu antara lain penampilan, kecerdasan, kepribadian, dan keterampilan-keterampilan lain-nya sehingga terbentuk apa yang dinamakan konsep diri. Remaja yang memiliki konsep diri positif, akan sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai bahagia, dari perasaan kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula, dengan kata lain, remaja tersebut mampu mengenali emosinya dengan baik, sehingga dapat dikatakan remaja tersebut memiliki kecerdasan emosional yang baik (Hamachek, dalam Rakhmat, 2001:106). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan kosep diri yang positif (baik) remaja memiliki kecerdasan emosional yang tingi.

3.      Metode Penelitian
a.       Teknik Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling  (sampel acak sederhana) yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara  acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.
b.         Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tambun Selatan kelas 12 sebanyak 70 orang (sampel) dari 405 siswa (populasi)
c.       Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan statistik parametrik, yaitu pengujian parameter populasi yang merupakan data yang diperoleh dari sampel dengan menetapkan syarat-syarat tertentu (Siegel, 1997:38)
d.      Instrumen Penelitian
Instrumen/alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pedoman angket yang disusun berdasarkan skala  Likert.  Pertama, angket mengenai konsep diri yang merupakan variabel bebas (X). Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Tennessee Self Concept Scale  (TSCS) terjemahan Nurhidayah (1996) yang disusun dan dikembangkan oleh Fitts (1965). Skala ini terdiri dari 90 butir pernyataan. Kedua,  yaitu skala kecerdasan emosioal yang me-rupakan variabel terikat  (Y), dimana angket ini mengungkap lima komponen kecerdasan emosional Goleman (1998). Angket ini berisi 50 butir pernyataan.
e.       Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi product moment  untuk melihat hubungan antara konsep diri dengan kecerdasan emosional. Seluruh uji statistik ini dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution)  12.00 for windows.


4.      Hasil Penelitian
Dari penilitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara konsep diri dengan kecerdasan emosional. Koefisien korelasi bertanda positif artinya hubungan konsep diri dengan kecerdasan emosional searah, sehingga semakin tinggi (positif) konsep diri seseorang maka akan semakin tinggi kecerdasan emosionalnya, sebaliknya semakin rendah (negatif) konsep diri seseorang
maka akan semakin rendah kecerdasan emosionalnya.


Review Jurnal

   Peringkas
RAHMAT DANIL FEBRIAN
   NPM
15212935
   Tanggal
19 Maret 2015
   Topik
Program Intervensi (pencegahan dan terapi psikologis) untuk anak-anak dari keluarga yang bercerai.


    Penulis
JoAnne L.Pedro-Carrol and Emory L.Cowen
    Tahun
1985
     Judul
The Children of Divorce Intervention Program: An Investigation of the Efficacy of a School-Based Prevention Program
      Jurnal
Journal of Consulting and Clinical Psychology
      Vol. & Halaman
Vol. 53, No. 5, 603-611

      Landasan Teori
  Penelitian ini dilatari oleh peningkatan jumlah rata-rata perceraian dari tahun ke tahun di Amerika Serikat. Perceraian yang terjadi menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi psikologis semua anggota keluarga, khususnya pada anak-anak sebagai korban yang menderita paling parah.
  Hasil penelitian dari banyak ahli menunjukkan bahwa dampak perceraian antara lain, perasaan sedih, marah, agresivitas, penolakan, masalah penyesuaian diri, ekspresi afeksi yang kurang, prestasi akademik rendah, penguasaan skill yang terhambat, kecemasan bahkan depresi merupakan masalah-masalah yang lazim dialami oleh anak-anak korban perceraian.
  Hasil penelitian mengenai dampak negatif perceraian memotivasi para peneliti untuk membuat program intervensi (prevensi dan treatmen) bagi anak-anak korban perceraian. Beberapa hasil penelitian yang dipaparkan dalam jurnal ini menunjukkan hasil yang signifikan dalam mengurangi efek negatif yang dialami oleh anak-anak tersebut.
  Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi children support group(CSG) yang dimodifikasi bagi anak-anak korban perceraian yang berusia 9-12 tahun yang menekankan pada pemberian dukungan dan ketrampilan kognitif anak, pengungkapan perasaan (komponen afeksi) anak tentang perceraian orang tua, serta upaya untuk mengontrol kemarahan yang dirasakan anak.
   
        Metode
        Subyek
Pada awal penelitian, subjek berjumlah 75 anak (42 laki-laki, 33 perempuan). Tiga anak mengundurkan diri pada saat penelitian berjalan sehingga data penelitian yang dianalisis adalah: 40 subjek pada kelompok eksperimen (KE) dan 32 subjek pada kelompok kontrol (KK). Dua puluh satu (21) anak tingkat keenam, 20 tingkat kelima, 26 tingkat keempat dan 8 tingkat ketiga. Semua anak belum pernah mengikuti program treatmen sebelumnya. Subjek penelitian adalah anak-anak dari keluarga-keluarga yang bersedia mengikuti penelitian, berasal dari kelas menengah, berkulit putih, dan rata-rata telah bercerai selama 23,6 bulan (Range = 1-84 bulan). Pengelompokan subjek ke dalam KE dan KK dilakukan secara random.  
        Manipulasi
Ø Tes awal diberikan pada guru, orangtua dan anak-anak yang diselesaikan kira-kira satu minggu sebelum program dimulai. Tes diberikan di sekolah dalam kelompok kecil yang terdiri dari 8-9 anak. Tes akhir diberikan dua minggu setelah treatmen.
Ø Program treatmen terdiri dari 10 sesi program yang terbagi atas 3 kelompok, yaitu: sesi 1-3, merupakan sesi perkenalan masing-masing anggota, pembukaan diri dengan menceritakan pengalaman satu sama lain, memberikan dukungan dan menceritakan kecemasan dan miskonsepsi mengenai perceraian.Sesi 4-6 merupakan program pembentukan komponen kognisi. Sesi 7-9 merupakan program yang bertujuan untuk mengelola dan mengontrol rasa   marah. Sesi terakhir merupakan evaluasi pengalaman mengikuti treatmen.
        Instrumen
Ø Instrumen penelitian terbagi atas 4 jenis, disesuaikan dengan komponen yang terlibat dalam penanganan, yaitu: guru, orangtua, kelompok leader, dan anak-anak.
Ø Teacher rated children’s problem behavior on the Classroom Adjustment Rating Scale (CARS; Lorion, Cowen, & Caldwell, 1975). Skala yang terdiri dari 41 aitem yang mengukur 3 faktor permasalahan anak. Banyaknya faktor dan skor total yang diperoleh merupakan indikasi maladjustment pada anak. Informasi tentang reliabilitas alat ukur tidak disebutkan.
Ø Parent Evaluation Form, skala yang terdiri dari 14 aitem, yang mengindikasikan maladjustment yang berat pada skor total yang diperoleh. Informasi tentang reliabilitas alat ukur tidak disebutkan
Ø Group Leader Evaluation Form, terdiri dari dua bagian yang masing-masing terdiri dari 8 aitem. Penilaian ini diberikan dua kali, yaitu awal sesi ketiga dan setelah sesi kesepuluh selesai. Skor total yang diperoleh mengindikasikan penyesuaian subjek yang menjadi lebih baik. Informasi tentang reliabilitas alat ukur tidak disebutkan.
Ø Child measure, terdiri dari empat jenis alat ukur, yaitu: Harter’s Perceived Competence Scale (28 aitem), The State-Trait Anxiety Inventory for Children (STAIC) terdiri dari 20 aitem, Children’s Attitude and Self Perception (CASP) terdiri dari 15 aitem dan CAG (untuk mengetahui komentar tentang kelompok, terdiri dari 6 aitem. Informasi tentang reliabilitas alat ukur tidak disebutkan.
         Hasil
Tujuan utama penelitian ini, yaitu melakukan evaluasi terhadap efektivitas program treatmen berbasis sekolah yang diberikan pada anak-anak yang orang tuanya bercerai dengan melibatkan guru, orang tua, kelompok leader dan anak menunjukkan hasil yang positif (perbedaan skor anak-anak pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol menunjukkan hasil yang signifikan, kecuali pada satu pengukuran, yaitu: perceived competence dan self-esteem).