Senin, 28 Januari 2013

Kearifan Lokal di Minangkabau

          Kearifan lokal merupakan kebiasaan yang telah menjadi tradisi di setiap masyarakat secara turun-temurun oleh suatu adat dalam berbagai wilayah di Indonesia. Di Propinsi Sumatera Barat yang sering juga disebut dengan Ranah Minang, juga terdapat beberapa jenis Kearifan Lokal yang berkaitan dengan pengelolaan Hutan Tanah, air dan sebagainya. Adapun diantaranya :

Rimbo Larangan (Hutan Larangan )
          Yakni hutan yang menurut aturan adat tidak boleh ditebang karena fungsinya yang sangat vital sekali untuk keperluan masyarakat, selain itu kayu yang tumbuh dihutan juga dipandang sebagai perisai untuk melindungi segenap masyarakat yang bermukim disekitar hutan dari bahaya tanah longsor. Apabila ada terdapat diantara warga yang akan membuat rumah yang membutuhkan kayu, maka harus minta izin lebih dulu kepada aparat Nagari melalui para pemangku adat untuk menebang kayu  yang dibutuhkan


Banda Larangan ( Sungai, Anak Sungai / Kali Larangan ) 
           Merupakan suatu aliran sungai yang tetap dijaga agar tidak tercemar dari bahan atau benda yang bersifat dapat memusnahkan segenap binatang dan isinya yang ada di aliran sungai sehingga tidak menjadi punah. Untuk panen Ikan dari Banda Larangan tersebut, pihak Pemangku Adat dan Aparat Nagari melaksanakan dengan cara membuka larangan secara bersama-sama masyarakat untuk kepentingan bersama dan hasilnya selain untu masyarakat juga sebahagian untuk KAS Nagari. Biasanya Banda Larangan ini dibuka sekali setahun atau sekali dua tahun tergantung kesepakatan Para Pemangku Adat. 


Tabek Larangan ( kolam larangan )
           Merupakan Kolam air yang dibuat secara bersama oleh masyarakat pada zaman dulu dengan tujuan untuk persediaan air bagi kepentingan masyarakat dan di dalam Tabek tersebut juga dipelihara berbagai jenis ikan.


Parak 
           Yaitu suatu lahan tempat masyarakat berusaha tani dimana terdapat keberagaman jenis tanaman yang dapat dipanen sepanjang waktu secara bergiliran, sehingga pada lahan parak ini terdapat nilai ekonomi yang yang berkelanjutan. Apabila dilihat dari jauh, parak di pandang seolah-olah seperti hutan dan juga berfungsi sebagai penyangga bagi daerah dibawahnya.

Goro Basamo 
           Kegiatan kerja bersama secara gotong royong untuk kepentingan masyarakat banyak seperti membuat jalan baru, bangunan rumah ibadah, membersihkan tali bandar (sungai), menanam tanaman keras dan lain sebagainya.

Selasa, 15 Januari 2013

PENJAJAHAN KEBUDAYAAN ITU LEBIH FATAL


Kita tidak banyak lagi mengenal tokoh-tokoh wayang lagi. Malah banyak berbicara super hero dari luar. Tidak salah, tetapi secara tidak langsung terjadi penjajahan kebudayaan. Penjajahan kebudayaan itu lebih fatal dari pada penjajahan politik. Salah satunya, kita kehilangan identitas bahkan kehilangan jati diri.

Sekarang kebudayaan itu makin mengglobal. Kita mudah sekali mengakses kebudayaan asing dan bahkan mengomsumsinya dalam seketika.

Media sekarang ini disatu sisi biasa berdampak positif, sisi lain bisa negatif. Maka kewajiban kita membentuk ketahanan budaya yag kuat.  Dahulu, nenek moyang kita sudah punya kemampuan memilah dan memilih serta menyaring kebudayaan orang-orang asing yang bertengger di Indonesia. Kalau nenek moyang kita sudah melakukan itu dahulunya, lalu kenapa kita seperti kehilangan banyak hal dalam kearifan lokal kita sehingga terjadinya kesenjangan seperti saat sekrang ini?

Para pemimpin kita tidak paham, padahal ini adalah masalah level yang paling atas. Para elite politik kita tidak paham kearifan loka. Mereka malu mengakui hal-hal seperti ini. Malu itulah pertanda mental bangsa kita dijajah.

Teknologi Berlebihan Pada Anak


Dewasa Ini, kita telah berbaur dengan masa modernisasi seperti halnya teknologi. Kita bisa melakukan apapun dengan efisien dan efektif, tanpa harus bersusah payah serta serba instan. Hal ini banyak berbagai dampak yang dihasilkan, baik yang positif, maupun negatif.

Sekarang, anak-anak telah tidak melakukan hiburan lagi secara tradisional. Adanya teknologi, hanya berdiam dirumah, mereka bisa melakukanya tanpa harus bersusah payah untuk bermain. Tapi apa yang akan terjadi jika teknologi digunakan oleh anak-anak secara tidak terbatas dan berlebihan? Ini akan berdampak buruk bagi psikis dan mental mereka kedepannya, salah satunya depresi. Mereka merasa kesepian, terisolasi dari pergaulan dan menjumpai banyak masalh dalam keluarga maupun sekolah.

Banyak anak-anak kecanduan internet, mereka tidak segan-segan menghabiskan waktunya untuk berselancar di dunia maya. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang individualis, tidak peka, mogok sekolah, tawuran, dan bersemainya bibit-bibit korupsi. Disekolah pintar, tapi idak bisa berinteraksi sosial dengan lingkungan.

Untuk itu, diperlukan pengembangan fisik, emosi, sosial, dan spritual pada anak. Dan dibutuhkan juga pendidikan secara perilaku sosial dan agama, untuk masa depan mereka yang lebih baik kelak.

Perokok Muda Kian Membludak



Regulasi rokok di Indonesia sangat lemah. Tak heran, perokok muda makin membludak dan kebanyakan dari mereka berasal dari ekonomi menengah kebawah.

Indonesia butuh sebuah strategi soal pengendalian produk tembakau. Fakta angka konsumsi rokok di Indonesia bertambah jauh lebih cepat dari negara manapun di dunia. Kebanyakan dari mereka dalam usia produktif.

Indonesia sepertinya takut dalam mengambil langkah yang tegas dan konkret dalam pengendalian produk tembakau. Ketakutan ini kerena negara masih mempertimbangkan aspek ekonomi, yakni stabilitas ekonomi masih terganggu. Dan dampak lainnya, jika pengendalian ini dijadikan prioritas, maka adanya kemungkinan kehilangan mata pencaharian secara permanen bagi sebagian orang.

Persepsi yang sangat melekat pada publik adalah jika pengendalian tembakau sepenuhnya dicanangkan, para petani dan keluarga mereka berada dalam masalah. Padahal para petani yang dijadikan pekerja kasar, sebagian besarnya tetap saja miskin.