Kearifan lokal merupakan kebiasaan yang telah menjadi tradisi di setiap masyarakat secara turun-temurun oleh suatu adat dalam berbagai wilayah di Indonesia. Di Propinsi Sumatera Barat yang sering juga disebut dengan Ranah Minang, juga terdapat beberapa jenis Kearifan Lokal yang berkaitan dengan pengelolaan Hutan Tanah, air dan sebagainya. Adapun diantaranya :
Rimbo Larangan (Hutan Larangan )
Yakni hutan yang menurut aturan adat tidak boleh ditebang karena fungsinya yang sangat vital sekali untuk keperluan masyarakat, selain itu kayu yang tumbuh dihutan juga dipandang sebagai perisai untuk melindungi segenap masyarakat yang bermukim disekitar hutan dari bahaya tanah longsor. Apabila ada terdapat diantara warga yang akan membuat rumah yang membutuhkan kayu, maka harus minta izin lebih dulu kepada aparat Nagari melalui para pemangku adat untuk menebang kayu yang dibutuhkan
Banda Larangan ( Sungai, Anak Sungai / Kali Larangan )
Merupakan suatu aliran sungai yang tetap dijaga agar tidak tercemar dari bahan atau benda yang bersifat dapat memusnahkan segenap binatang dan isinya yang ada di aliran sungai sehingga tidak menjadi punah. Untuk panen Ikan dari Banda Larangan tersebut, pihak Pemangku Adat dan Aparat Nagari melaksanakan dengan cara membuka larangan secara bersama-sama masyarakat untuk kepentingan bersama dan hasilnya selain untu masyarakat juga sebahagian untuk KAS Nagari. Biasanya Banda Larangan ini dibuka sekali setahun atau sekali dua tahun tergantung kesepakatan Para Pemangku Adat.
Tabek Larangan ( kolam larangan )
Merupakan Kolam air yang dibuat secara bersama oleh masyarakat pada zaman dulu dengan tujuan untuk persediaan air bagi kepentingan masyarakat dan di dalam Tabek tersebut juga dipelihara berbagai jenis ikan.
Parak
Yaitu suatu lahan tempat masyarakat berusaha tani dimana terdapat keberagaman jenis tanaman yang dapat dipanen sepanjang waktu secara bergiliran, sehingga pada lahan parak ini terdapat nilai ekonomi yang yang berkelanjutan. Apabila dilihat dari jauh, parak di pandang seolah-olah seperti hutan dan juga berfungsi sebagai penyangga bagi daerah dibawahnya.
Goro Basamo
Kegiatan kerja bersama secara gotong royong untuk kepentingan masyarakat banyak seperti membuat jalan baru, bangunan rumah ibadah, membersihkan tali bandar (sungai), menanam tanaman keras dan lain sebagainya.
Senin, 28 Januari 2013
Selasa, 15 Januari 2013
PENJAJAHAN KEBUDAYAAN ITU LEBIH FATAL
Kita tidak banyak lagi mengenal
tokoh-tokoh wayang lagi. Malah banyak berbicara super hero dari luar. Tidak
salah, tetapi secara tidak langsung terjadi penjajahan kebudayaan. Penjajahan
kebudayaan itu lebih fatal dari pada penjajahan politik. Salah satunya, kita
kehilangan identitas bahkan kehilangan jati diri.
Sekarang kebudayaan itu makin
mengglobal. Kita mudah sekali mengakses kebudayaan asing dan bahkan
mengomsumsinya dalam seketika.
Media sekarang ini disatu sisi biasa
berdampak positif, sisi lain bisa negatif. Maka kewajiban kita membentuk
ketahanan budaya yag kuat. Dahulu, nenek
moyang kita sudah punya kemampuan memilah dan memilih serta menyaring
kebudayaan orang-orang asing yang bertengger di Indonesia. Kalau nenek moyang
kita sudah melakukan itu dahulunya, lalu kenapa kita seperti kehilangan banyak
hal dalam kearifan lokal kita sehingga terjadinya kesenjangan seperti saat
sekrang ini?
Para pemimpin kita tidak paham,
padahal ini adalah masalah level yang paling atas. Para elite politik kita
tidak paham kearifan loka. Mereka malu mengakui hal-hal seperti ini. Malu
itulah pertanda mental bangsa kita dijajah.
Teknologi Berlebihan Pada Anak
Dewasa Ini, kita telah berbaur
dengan masa modernisasi seperti halnya teknologi. Kita bisa melakukan apapun
dengan efisien dan efektif, tanpa harus bersusah payah serta serba instan. Hal
ini banyak berbagai dampak yang dihasilkan, baik yang positif, maupun negatif.
Sekarang, anak-anak telah tidak
melakukan hiburan lagi secara tradisional. Adanya teknologi, hanya berdiam
dirumah, mereka bisa melakukanya tanpa harus bersusah payah untuk bermain. Tapi
apa yang akan terjadi jika teknologi digunakan oleh anak-anak secara tidak
terbatas dan berlebihan? Ini akan berdampak buruk bagi psikis dan mental mereka
kedepannya, salah satunya depresi. Mereka merasa kesepian, terisolasi dari
pergaulan dan menjumpai banyak masalh dalam keluarga maupun sekolah.
Banyak anak-anak kecanduan
internet, mereka tidak segan-segan menghabiskan waktunya untuk berselancar di
dunia maya. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang individualis, tidak peka,
mogok sekolah, tawuran, dan bersemainya bibit-bibit korupsi. Disekolah pintar,
tapi idak bisa berinteraksi sosial dengan lingkungan.
Untuk itu, diperlukan
pengembangan fisik, emosi, sosial, dan spritual pada anak. Dan dibutuhkan juga
pendidikan secara perilaku sosial dan agama, untuk masa depan mereka yang lebih
baik kelak.
Perokok Muda Kian Membludak
Regulasi rokok di Indonesia
sangat lemah. Tak heran, perokok muda makin membludak dan kebanyakan dari
mereka berasal dari ekonomi menengah kebawah.
Indonesia butuh sebuah strategi
soal pengendalian produk tembakau. Fakta angka konsumsi rokok di Indonesia
bertambah jauh lebih cepat dari negara manapun di dunia. Kebanyakan dari mereka
dalam usia produktif.
Indonesia sepertinya takut dalam
mengambil langkah yang tegas dan konkret dalam pengendalian produk tembakau.
Ketakutan ini kerena negara masih mempertimbangkan aspek ekonomi, yakni
stabilitas ekonomi masih terganggu. Dan dampak lainnya, jika pengendalian ini
dijadikan prioritas, maka adanya kemungkinan kehilangan mata pencaharian secara
permanen bagi sebagian orang.
Persepsi yang sangat melekat pada
publik adalah jika pengendalian tembakau sepenuhnya dicanangkan, para petani
dan keluarga mereka berada dalam masalah. Padahal para petani yang dijadikan pekerja
kasar, sebagian besarnya tetap saja miskin.
Langganan:
Postingan (Atom)