Setiap orang memahami betul apa
yang terbaik bagi mereka. Ketentraman hati dan kondusifnya lingkungan merupakan
diantara dari sekian banyak hal yang diinginkan manusia. Hal yang paling menentukan
itu semua yakni bagaimana cara kita berperilaku dengan manusia itu sendiri.
Dengan kata lain, manusia yang menginginkan kehidupan yang damai adalah orang
yang bisa memahami dirinya sendiri dan orang lain. Maka, sebagai makhluk
sosial, kita mau tidak mau atau suka tidak suka, sepatutnya mampu beradaptasi
dengan lingkungan sekitar.
Dalam larutnya kehidupan
ini, kita talah menyadari bahwa manusia
adalah sebagai makhluk spritual, nasionalis, dan taat kepada hukum. Mulai dari
perilaku pribadi, berkeluarga, bermasyarakat dan menjalani profesi sekalipun,
semua telah ada ada aturan dan batasannya. Tetapi yang kita lihat, banyak
sekali kejadian yang tidak sesuai tempat dan melampaui batas. Hal ini hanyalah
gambaran dan banyak sekali kasus penyimpangan-penyimpangan lain terjadi yang
telah kita ketahui maupun yang
tersembunyi.
Dewasa ini, peristiwa dan kasus
disfungsi norma dan etika masyarakat lumrah bagi sebagian orang. Invidualisme,
primordialisme, dan berbagai penyimpangan lainnya bersatu meliberalisasi
tiap-tiap aspek masyarakat. Padahal kita mengetahui bagaimana kehidupan yang
tertib dan rukun sangat diinginkan setiap masyarakat Indonesia. Realitanya
banyak hal yang mereka lakukan sangat jauh dari apa yang mereka inginkan dan
berdampak buruk terhadap yang lain. Ini membuktikan bahwa kesadaran pengetahuan
mereka akan cita-cita dan nilai bangsa ini masih dipertanyakan.
Kewarganegaraan merupakan acuan
yang menjadikan bangsa ini terdidik dan tertib. Bahkan diruang lingkup informal
pun banyak hal yang kita rasakan, bagaimana dampak pancasila melahirkan
kerukunan antar sesama. Seperti hubungan seseorang yang rukun terhadap warga sekitarnya, suatu
kelompok atau forum terbuka yang memperjuangkan masyarakat lemah, seseorang
yang menghormati orang yang lebih tua dan masih banyak lagi dampak yang kita
rasakan.
Tetapi kejadian akhir-akhir ini
malah sebaliknya. Banyak diantara kita selalu ingin bebas yang berlebih sampai
melampaui batas. Aturan-aturan dilanggar, demi mencapai keinginan yang tak
diperlukan. Akibatnya, hubungan sosial menjadi retak dan sikap persaingan
negatif makin mencuat. Masyarakat tidak lagi merasakan sikap-sikap yang
menumbuhkan semangat kewarganegaraan. Antipati terhadap kaum yang lemah, tidak
saling menghormati, KKN dimana-mana dan
sikap anarkis masyarakat maupun aparat adalah suatu hal yang lazim dilakukan.
Hal ini menunjukkan kesadaran
kita akan hidup rukun dan bernegara kurang baik. Sebagian masyarakat menganggap
pelajaran kewarganegaraan hanya dibahas untuk mata palajaran di sekolah-sekolah
saja. Padahal lebih dari itu. Jika semua elemen masyarakat menerapkan sikap
yang luhur ini, maka hal yang tidak mungkin keadilan dan kerukunan saling
melengkapi satu sama lain. Tenggang rasa, tolong menolong dalam kebaikan,
menghargai dan menghormati, jujur dan tegas dalam bertindak serta memiliki rasa
nasionalisme merupakan hal-hal yang yang dapat menumbuhkan hakekat
kewarganegaraan yang sebenarnya.
Indonesia memang memilki banyak
macam kultur, kebiasaan, dan kemauan yang berbeda. Dengan sikap kewarganegaraan, akan
melahirkan berbagai perilaku positif
disetiap sendi-sendi kehidupan. Untuk
itu, jika sikap ini dibiasakan dan di jaga, maka kasus-kasus dan masalah yang
dialami bangsa ini akan terbuang seiring kesadaran masyarakat akan
kewarganegaraan. Karena tanpa kesadaran masyarakat, nilai dan norma hanya akan
menjadi suatu tulisan dan kiasan tiada arti yang terkikis oleh sejarah dan
zaman.